Surabaya – Perempuan harus maampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar bisa berkontribusi pembangunan bangsa. hal ini disampaikan Anggota Komisi IX DPR RI, Indah Kurnia saat hadir pada Munas X LDII Surabaya, Sabtu (9/11) di Gedung Serba Guna Sabilurrosyidin, Surabaya. Menurutnya, hal terpenting adalah bagaimana perempuan menyiapkan diri dengan kualitas yang baik agar mampu mengambil peran nyata dalam pembangunan nasional.
“Tinggal bagaimana kita merespons kesempatan itu dengan meningkatkan kualitas diri, agar bisa ikut serta dalam pembangunan Indonesia,” ujar Indah saat menghadiri Musyawarah Daerah (Musda) X LDII Kota Surabaya, Minggu (9/11).
Lebih lanjut, Indah mendorong perempuan untuk terus menata kehidupan dengan baik dan tidak berhenti belajar. Ia menegaskan, pendidikan tidak selalu harus diperoleh di bangku sekolah formal, tetapi juga dapat diraih melalui lingkungan positif dan pengalaman hidup sehari-hari.
“Ambillah kesempatan untuk belajar di mana pun, baik melalui seni, kerajinan, memasak, atau bahkan dunia perbengkelan. Semua bidang terbuka bagi perempuan yang ingin meningkatkan kualitas diri,” tuturnya.
Indah juga berpesan agar perempuan Indonesia memiliki rasa percaya diri dan memberikan kontribusi nyata bagi bangsa.
“Percayalah, tidak ada lagi dikotomi antara laki-laki dan perempuan. Semua sama. Namun, kuncinya ada pada diri kita sendiri—jadilah figur yang layak dihormati dan mampu mempersembahkan apa yang kita miliki untuk kesejahteraan bangsa,” pungkasnya.
Musda yang digelar di Gedung Serbaguna Sabilurrosyidin tersebut diikuti oleh pengurus pleno, PC, PAC, serta Dewan Penasehat LDII Surabaya. Turut hadir Ketua Umum MUI Surabaya KH Muchid Murtadho, para tokoh agama, dan unsur Forkopimda Kota Surabaya.
Sementara itu, Ketua DPD LDII Kota Surabaya masa bakti 2020-2025, Akhmad Setiadi, menyampaikan bahwa Musda X LDII difokuskan pada penguatan sumber daya manusia (SDM) yang profesional dan religius.
“Kami ingin membentuk SDM di lingkungan LDII yang memiliki kemampuan profesional, baik dari sisi hard skill maupun soft skill. Mereka tidak hanya ahli di bidangnya, tetapi juga memiliki akhlak yang baik dan religiusitas yang kuat,” jelas Setiadi.
Ia menegaskan, keseimbangan antara kemampuan profesional dan nilai-nilai religius akan melahirkan pribadi yang unggul, bermanfaat bagi masyarakat, serta mampu memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan.
Setiadi menilai, pelaksanaan Musda X LDII yang bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum penting untuk menumbuhkan semangat perjuangan di era modern.
“Kalau dulu para pahlawan berjuang melawan penjajah, kini tantangan kita adalah melawan diri sendiri, rasa malas dan kurang semangat menuntut ilmu. Persaingan global semakin terbuka, sehingga kita harus membekali generasi muda dengan ilmu dunia, ilmu akhirat, serta akhlak mulia. Inilah makna profesional dan religius yang ingin kami wujudkan,” tutupnya. (sof/wid)












