Kepala Bakesbangpol Kota Surabaya Tundjung Iswandaru menegaskan pentingnya nilai toleransi dan moderasi di tengah situasi dunia yang masih diwarnai konflik sosial dan keagamaan. Ia menyampaikannya pada Dialog Kebangsaan dalam Musda X LDII Surabaya, di Gedung Serba Guna (GSG) Sabilurrosyidin Surabaya, Minggu (9/11).
“Indonesia ini negara yang majemuk. Justru karena itu, kita punya tanggung jawab besar untuk menebarkan harmoni dan perdamaian,” ujarnya dalam Dialog Kebangsaan yang bertema “Membangun Toleransi dan Moderasi Beragama untuk Mewujudkan Harmoni Global”.
Ia menjelaskan, negara sudah memberikan kebebasan beragama dan memfasilitasi kehidupan umat beragama, sedangkan masyarakat diharapkan menghormati konstitusi dan sistem kenegaraan. Tundjung juga meluruskan makna moderasi beragama yang sering disalahpahami.
“Yang perlu dimoderasi itu bukan agamanya, tapi cara umat menjalankan ajarannya. Agama itu sendiri sudah mengajarkan keseimbangan dan keadilan. Moderasi berarti bersikap tengah-tengah, tidak ekstrem kanan atau kiri,” jelasnya.
Ia menyebut empat indikator moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan sikap akomodatif terhadap budaya lokal.
Sementara itu, Ketua DPD LDII Surabaya dalam sambutannya menegaskan bahwa Musyawarah Daerah (Musda) X dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas sumber Daya manusda (SDM) yang profesional religius yakni SDM yang memiliki keahlian di bidangnya serta berakhlakul karimah, alim, faqih, dan mandiri. “Hal ini sejalan dengan visi Surabaya Hebat yang humanis, efektif, berakhlak, akuntabel, dan transparan.” ujarnya.
Ia juga menegaskan, arah program LDII Surabaya meliputi delapan klaster kontribusi pembangunan berkelanjutan, yaitu kebangsaan, dakwah, pendidikan, ekonomi syariah, kesehatan herbal, ketahanan pangan dan lingkungan, teknologi digital, serta energi baru terbarukan. Program-program tersebut diharapkan mampu bersinergi dengan pembangunan kota. “Program LDII harus sinkron dan membantu program Surabaya Kota HEBAT supaya bisa bekerja secara efektif yang tidak banyak bicara, namun hasil tercapai,” ujarnya.
Selain itu, LDII juga menyoroti pentingnya pembinaan keluarga sebagai pondasi utama pembangunan karakter generasi muda. “Keluarga adalah madrasah pertama. Dari rumah tangga lahir generasi berakhlak, cerdas, dan berdaya saing,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Akhmad Setiadi juga menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Surabaya atas dukungan dan bantuan yang diberikan kepada LDII, “Kami berterima kasih atas perhatian dan kerja sama Pemerintah Kota Surabaya dalam mendukung kegiatan LDII,” katanya. (cak/wid)













